twitter


Perkara yang dilarang dalam shalat disebutkan dalam nash-nash syariat tentang keharamannya atau kemakruhannya. Tetapi larangan-larangan ini (bila dilanggar) tidak membatalkan shalat dan hanya mengurangi nilai pahalanya, diantaranya:

                                   


1. Bertolak pinggang dalam shalat.
Sabda Rasulullah saw.

عَنْ زِيَادِ بْنِ صَبِيحٍ الْحَنَفِيِّ قَالَ صَلَّيْتُ إِلَى جَنْبِ ابْنِ عُمَرَ فَوَضَعْتُ يَدَيَّ عَلَى خَاصِرَتَيَّ فَلَمَّا صَلَّى قَالَ هَذَا الصَّلْبُ فِي الصَّلَاةِ وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَنْهَى عَنْهُ  =رواه ابو داود والنسائي واحمد=
Diriwayatkan dari Ziyad bin Shubaih, ia berkata, “Aku pernah shalat di samping Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma dan aku letakkan kedua tangan-ku di atas pinggang. Setelah shalat, ia berkata, ‘Ini salib dalam shalat, dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarangnya.’ [HR. Abu Dawud, An_Nasa’i, dan Ahmad, Hadits hasan]
2. Memandang ke langit.
Sabda Rasulullah saw.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَيَنْتَهِيَنَّ أَقْوَامٌ عَنْ رَفْعِهِمْ أَبْصَارَهُمْ عِنْدَ الدُّعَاءِ فِي الصَّلاَةِ إِلَى السَّمَاءِ أَوْ لَتُخْطَفَنَّ أَبْصَارُهُمْ  =رواه مسلم والنسائي واحمد=
Dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah saw bersabda: “Hendaklah sekelompok orang benar-benar menghentikan pandangan matanya yang terangkat ke langit ketika berdoa dalam sholat atau atau benar-benar akan disilaukan pandangan mata mereka.” =HR. Muslim, Nasa’i dan Ahmad=
3. Melihat sesuatu yang dapat melalaikan shalat.
Sabda Rasulullah saw.
عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى فِي خَمِيصَةٍ لَهَا أَعْلَامٌ فَقَالَ شَغَلَتْنِي أَعْلَامُ هَذِهِ اذْهَبُوا بِهَا إِلَى أَبِي جَهْمٍ وَأْتُونِي بِأَنْبِجَانِيَّةٍ  =متفق عليه=
Berdasarkan hadits dari Aisyah bahwasannya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah shalat dengan mengenakan baju yang bercorak, maka beliau bersabda, “Corak pakaian ini telah mengggangu shalatku. Bawahlah jubah ini kepada Abu Jahm, lalu ambilkan untukku Anbajaniyah (baju kasar tanpa corak)nya.” [HR. Al_Bukhari dan Muslim]
4. Menoleh tanpa ada keperluan
Sabda Rasulullah saw.
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ الِالْتِفَاتِ فِي الصَّلَاةِ فَقَالَ هُوَ اخْتِلَاسٌ يَخْتَلِسُهُ الشَّيْطَانُ مِنْ صَلَاةِ الْعَبْدِ  =رواه البخاري وابو داود والنسائي=
Berdasarkan riwayat dari Aisyah, ia berkata, “Aku pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang menoleh dalam shalat, maka beliau menjawab: Itulah ikhtilas (pencurian) yang dilakukan setan dari shalat seseorang hamba.” [HR. Al_Bukhari, Abu Dawud, dan An_Nasa’i (III/8)]
Makna kata ikhtilas dalam hadits di atas adalah mengambil dengan cepat dan tersembunyi saat si pemilik barang lengah. [Lihat Abu Malik Kamal bin As_Sayyid Salim, Shahih Fiqih Sunnah, hal. 552]
5. Menjalin jari-jemari
Sabda Rasulullah saw.
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ أَبُو الْقَاسِمِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِذَا تَوَضَّأَ أَحَدُكُمْ فِيْ بَيْتِهِ ثُمَّ أَتَى الْمَسْجِدَ كَانَ فِيْ صَلاَةٍ حَتىَّ يَرْجِعَ، فَلاَ يَقُلْ هَكَذَا » وَشَبَكَ بَيْنَ أَصَابِعِهِ. =رواه الحاكم= «هذا حديث صحيح على شرط الشيخين ولم يخرجاه». وقد تابعه محمد بن عجلان عن المقبري . وهو صحيح على شرط مسلم
Berdasarkan hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Apabila salah seorang dari kalian berada di rumahnya lalu ia pergi ke masjid, maka ia masih dikategorikan sebagai orang yang shalat hingga ia kembali (ke rumahnya), dan janganlah melakukan seperti ini, seraya beliau menjalinkan di antara jari-jari tangannya.” [HR. Al_Hakim dalam kitab Shahih Al_Jami’. Hadits ini ada penguatnya yang tertera dalam kitab Musnad Ahmad (III/42) dari Abu Sa’id]
Dari Abu Sa’id Al-Khudri ra, ia berkata:
دَخَلْنَا الْمَسْجِدَ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَإِذَا رَجُلٌ جَالِسٌ فِي وَسَطِ الْمَسْجِدِ مُحْتَبِيًا مُشَبِّكٌ أَصَابِعَهُ بَعْضَهَا فِي بَعْضٍ فَأَشَارَ إِلَيْهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمْ يَفْطِنْ الرَّجُلُ لِإِشَارَةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَالْتَفَتَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى أَبِي سَعِيدٍ فَقَالَ إِذَا كَانَ أَحَدُكُمْ فِي الْمَسْجِدِ فَلاَ يُشَبِّكَنَّ فَإِنَّ التَّشْبِيكَ مِنْ الشَّيْطَانِ وَإِنَّ أَحَدَكُمْ لاَ يَزَالُ فِي صَلاَةٍ مَا دَامَ فِي الْمَسْجِدِ حَتَّى يَخْرُجَ مِنْهُ   =رواه احمد=
Suatu ketika kami masuk masjid bersama Rasulullah SAW, tiba-tiba tampak ada seseorang yang duduk bersandar pada sorbannya-biasa diikat dari punggung ke kaki sambil mempersilangkan jari-jari tangannya, maka diberi isyarat oleh Nabi SAW, tapi ia belum juga mengerti. Maka beliaupun lalu berpaling kepada Abu Sa’id lalu bersabda, Bila salah seorang diantara kamu sedang dalam masjid, janganlah ia mempersilangkan jari-jarinya, sebab itu adalah perbuatan setan. Dan seseorang itu berada dalam keadaan shalat selama ia dalam masjid sampai keluar.  =HR. Ahmad=
6. Membunyikan jari-jemari
Sabda Rasulullah saw.
عَنْ شُعْبَةَ مَوْلَى ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ صَلَيْتُ إِلَى جَنْبِ ابْنِ عَبَّاسٍ فَفَقَعْتُ أَصَابِعِيْ فَلَمَّا قَضَيْتُ الصَّلاَةَ قَالَ لاَ أُمَّ لَكَ تَقْطَعُ أَصَابِعَكَ وَأَنْتَ فِي الصَّلاَةِ  =رواه ابن ابي شيبة=
Berdasarkan riwayat dari Syu’bah maula (pembantu) Ibnu Abbas ra, ia berkata, “Aku pernah shalat di samping Ibnu Abbas, lalu aku membunyikan jari-jariku. Seusai shalat ia berkata, ‘Semoga ibumu hilang.’ Apakah kamu membunyikan jari-jemarimu sementara kamu sedang shalat?”  [HR. Ibnu Abi Syaibah (II/334). Hadits hasan. Syaikh Muhammad Nashiruddin Al_Albani menghasankannya dalam kitab Al_Irwa’ Al_Ghalil (II/99)]
7. Berselimut dengan kain dan meletakkan tangan di dalamnya
Berselimut dengan kain dan meletakkan tangan di dalamnya, lalu ruku’ dan sujud dalam keadaan seperti ini – hal ini disebut dengan sadl.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنْ السَّدْلِ فِي الصَّلَاةِ  =رواه ابو داود والترمذي=
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwasannya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang sadl  tersebut. [HR. Abu Dawud dan At_Tirmidzi dengan sanad yang hasan]
Catatan: Sadl adalah melilitkan kain ke badan dan kedua tangan juga termasuk dalam lilitan kain tersebut, lalu ruku’ dan sujud dalam keadaan seperti itu.
8. Menguap dalam shalat.
Menguap dalam shalat tidak boleh dibiarkan, tetapi wajib dicegah dan meletakkan tangan pada mulut. Hal ini berdasarkan hadits:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ التَّثَاؤُبُ مِنْ الشَّيْطَانِ فَإِذَا تَثَاءَبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَرُدَّهُ مَا اسْتَطَاعَ فَإِنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا قَالَ هَا ضَحِكَ الشَّيْطَانُ  =متفق عليه=
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu  bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, “Menguap (dalam shalat) berasal dari setan. Jika salah seorang di antara kalian menguap, maka hendaklah ia menahannya semampunya. Maka sesungguhnya bila salah seorang kalian mengatakan “Ha” tertawalah setan. [HR. Al_Bukhari, Muslim, dan At_Tirmidzi. Adapun tambahan lafaz di atas tertera di dalam riwayat oleh At_Tirmidzi]
9. Meludah ke arah kiblat atau ke sebelah kanan
Sabda Rasulullah saw.
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَأَى نُخَامَةً فِي الْقِبْلَةِ فَحَكَّهَا بِيَدِهِ وَرُئِيَ مِنْهُ كَرَاهِيَةٌ أَوْ رُئِيَ كَرَاهِيَتُهُ لِذَلِكَ وَشِدَّتُهُ عَلَيْهِ وَقَالَ إِنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا قَامَ فِي صَلَاتِهِ فَإِنَّمَا يُنَاجِي رَبَّهُ أَوْ رَبُّهُ بَيْنَهُ وَبَيْنَ قِبْلَتِهِ فَلَا يَبْزُقَنَّ فِي قِبْلَتِهِ وَلَكِنْ عَنْ يَسَارِهِ أَوْ تَحْتَ قَدَمِهِ ثُمَّ أَخَذَ طَرَفَ رِدَائِهِ فَبَزَقَ فِيهِ وَرَدَّ بَعْضَهُ عَلَى بَعْضٍ قَالَ أَوْ يَفْعَلُ هَكَذَا   =متفق عليه=
Dari Anas bin Malik ra, bahwa Nabi saw, melihat dahak diarah kiblat (tembok masjid), dia gosok pakai tangannya, terlihat dari sangat ketidak-sukaannya karena kejadian itu, lalu ia bersabda: “Apabila salah seorang dari kalian berdiri untuk mengerjakan shalat, ia sedang bermunajat pada Tuhannya, atau Tuhannya berada di hadapannya yaitu kearah kiblatnya. Oleh karena itu, janganlah meludah ke arah kiblatnya. Tetapi hendaklah ke sebelah kiri atau ke bawah kaki sebelah kirinya. Kemudian ia mengambil ujung pakaiannya lalu ia meludah disitu, lalu ia melipat pakaiannya dan menggosok-gosoknya. Atau ia melakukannya begini”.  [HR. Bukhariy dan Muslim]
10. Memejamkan mata ketika shalat
Apabila memejamkan mata dalam shalat dimaksudkan untuk mendekatkan diri ke pada Allah, maka hal ini diharamkan, karena termasuk dalam perkara bid’ah (mengada-ada dalam urusan agama). Apabila bukan itu maksudnya, maka hukumnya makruh, karena menyelisihi sunnah Rasulullah saw.
Ibnu Qayyim Al_Jauziyah berkata, “Tidak ada petunjuk Rasulullah saw tentang memejamkan mata ketika shalat… Dan yang dapat dijadikan sebagai dalil adalah beliau mengulurkan tangannya dalam shalat Kusuf untuk mengambil setandan anggur tatkala melihat surga. Demikian juga ketika beliau melihat neraka, yang di dalamnya terdapat seorang wanita yang pernah memelihara seekor kucing, dan pemilik tongkat. Demikian juga ketika beliau mengusir hewan yang hendak melintas di hadapan beliau….” [Lihat Ibnul Qayyim Al_Jauziyah, Zadul Ma’ad  (I/294)]
Semua hadits-hadits di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa beliau tidak memejamkan kedua matanya pada saat mengerjakan shalat.
11. Menggeliat ketika shalat
Menggeliat dalam shalat hukumnyya makruh, kecuali sekedarnya karena memang dibutuhkan. Alasannya karena menggeliat menunjukkan sikap yang tidak khusyu’ dalam shalat.
قَالَ سَعِيْدٌ بْنُ جُبَيْرٍ اَلتَّمَطَّي يَنْقُصُ الصَّلاَةَ  =رواه ابن ابي شيبة=
Dari Sa’id bin Jubair, ia berkata, “Menggeliat mengurangi pahala shalat.” [HR. Ibnu Abi Syaibah (I/349)]
12. Tathbiq ketika ruku’
Tathbiq adalah menyatukan kedua telapak tangan lalu meletakkannya di antara kedua lutut dan paha ketika ruku’. “Pada awalnya cara seperti ini disyariatkan, tetapi kemudian dilarang.”
عَنْ مُصْعَبِ بْنِ سَعْدٍ قَالَ صَلَّيْتُ إِلَى جَنْبِ أَبِي قَالَ وَجَعَلْتُ يَدَيَّ بَيْنَ رُكْبَتَيَّ فَقَالَ لِي أَبِي اضْرِبْ بِكَفَّيْكَ عَلَى رُكْبَتَيْكَ قَالَ ثُمَّ فَعَلْتُ ذَلِكَ مَرَّةً أُخْرَى فَضَرَبَ يَدَيَّ وَقَالَ إِنَّا نُهِينَا عَنْ هَذَا وَأُمِرْنَا أَنْ نَضْرِبَ بِالْأَكُفِّ عَلَى الرُّكَبِ  =متفق عليه=
Diriwayatkan dari Mush’ab bin Sa’ad, ia berkata, “Aku shalat di samping ayahku lalu aku letakkan kedua tanganku di antara kedua lututku, maka ayahku berkata kepadaku, ‘Letakkan kedua telapak tanganmu di atas kedua lututmu.’ Pada kali lain aku ulangi cara tersebut, dan ayahku langsung memukul tanganku seraya berkata, ‘Kami dilarang melakukan cara seperti ini, dan kami diperintahkan untuk meletakkan kedua telapak tangan di atas lutut’.” [Hadits shahih, diriwayatkan oleh Al_Bukhari dan Muslim]
13. Membaca Alquran ketika ruku’ dan sujud.
Larangan disini adalah larangan dari Rasulullah saw bahwa sewaktu ruku’ kita tidak boleh membaca Al-Qur-an. Berdasarkan hadits:
عَنْ عَلِيٍّ بْنَ أَبِي طَالِبٍ يَقُولُ نَهَانِي رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ قِرَاءَةِ الْقُرْآنِ وَأَنَا رَاكِعٌ أَوْ سَاجِدٌ  =رواه مسلم وابو عوانة=
Dari Ali bin Abi Thalib ra, berkata “Bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang aku dari membaca Al-Qur-an sedang aku dalam ruku’ dan sujud.” =HR.  Muslim dan Abu ‘Awwanah=
14. Menghamparkan kedua hasta (di atas lantai) ketika sujud.
Kedua lengan/siku tidak ditempelkan pada lantai, tapi diangkat dan dijauhkan dari sisi rusuk / lambung.
عَنْ أَبِي حُمَيْدٍ السَّاعِدِيِّ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا سَجَدَ أَمْكَنَ أَنْفَهُ وَجَبْهَتَهُ مِنْ الْأَرْضِ وَنَحَّى يَدَيْهِ عَنْ جَنْبَيْهِ وَوَضَعَ كَفَّيْهِ حَذْوَ مَنْكِبَيْهِ  =رواه الترمذي=
Dari Abu Humaid As-Sa’diy, bahwasanya Nabi saw bila sujud maka menekankan hidung dan dahinya di tanah serta menjauhkan kedua tangannya dari dua sisi perutnya, tangannya ditaruh sebanding dua bahu beliau.” =HR. At-Tirmidzi=
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ اعْتَدِلُوا فِي السُّجُودِ وَلاَ يَبْسُطْ ذِرَاعَيْهِ كَالْكَلْبِ  =رواه الجماعة الا النسائي=
Dari Anas bin Malik, dari Nabi saw bersabda: “Luruskanlah kalian dalam sujud dan jangan kamu menghamparkan kedua lengannya seperti anjing menghamparkan kakinya.” =HR. Al-Jama’ah kecuali Al Imam An-Nasa-i= Lafadhz ini bagi Al Imam Al-Bukhari.
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَالِكٍ ابْنِ بُحَيْنَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا صَلَّى فَرَّجَ بَيْنَ يَدَيْهِ حَتَّى يَبْدُوَ بَيَاضُ إِبْطَيْهِ  =متفق عليه=
Dari Abdullah bin Malik bin Buhainah ra, Bahwa Nabi saw bila ia shalat, beliau renggang kedua lengannya sehingga terlihat putih ketiaknya” =HR. Bukhari dan Muslim=
15. Menggulung pakaian (menggulung agar tidak terjuntai ke tanah) ketika sujud.
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أُمِرْنَا أَنْ نَسْجُدَ عَلَى سَبْعَةِ أَعْظُمٍ وَلَا نَكُفَّ ثَوْبًا وَلَا شَعَرًا  =متفق عليه=
Dari Ibnu Abbas ra, iaberkata dari Nabi saw, “Rasulullah saw memerintahkan kami untuk sujud di atas tujuh anggota badan, serta melarang kami menggulung pakaian dan rambut” =HR. Muttafaqun Alaihi=
16. Duduk Iq’ak.
Duduk Iq’ak adalah menempelkan kedua pinggul di lantai, menegakkan kedua betis, dan meletakan kedua tangan di atas lantai.
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَفْرِشُ رِجْلَهُ الْيُسْرَى وَيَنْصِبُ رِجْلَهُ الْيُمْنَى وَكَانَ يَنْهَى عَنْ عُقْبَةِ الشَّيْطَانِ  =رواه احمد ومسلم=
Dari ‘A-isyah berkata: “Adalah Nabi saw, menghamparkan kaki beliau yang kiri dan menegakkan kaki yang kanan, baliau melarang dari duduknya syaithan.” =HR. Ahmad dan Muslim=
Komentar Syaikh Al-Albani: Duduknya syaithan adalah dua telapak kaki ditegakkan kemudian duduk dilantai antara dua kaki tersebut dengan dua tangan menekan dilantai.
Penjelasan:
Duduk Iq’ak  seperti yang telah dijelaskan di atas adalah duduk yang terlarang. Hanya saja ada jenis duduk iq’ak yang dibolehkan, yaitu menegakkan kedua telapak kaki lantas duduk di atas tumitnya pada saat duduk di antara dua sujud. Bahkan duduk seperti ini disunnahkan.
عَنْ طَاوُسٍ يَقُولُ قُلْنَا لِابْنِ عَبَّاسٍ فِي الْإِقْعَاءِ عَلَى الْقَدَمَيْنِ فَقَالَ هِيَ سُنَّةُ نَبِيِّكَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  =رواه مسلم=
Dari Thawus ra, bekata: Kami bertanya kepada Ibnu Abbas ra, tentang Iq’ak (menegakkan) atas kedua kaki (ketika duduk antara dua sujud), lalu ia menjawab. Itu adalah sunnah Nabimu saw. =HR. Muslim=
17. Meletakkan kedua tangan di lantai ketika duduk dalam shalat, kecuali ada udzur.
عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ نَهَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يَجْلِسَ الرَّجُلُ فِي الصَّلَاةِ وَهُوَ يَعْتَمِدُ عَلَى يَدَيْهِ  =رواه ابو داود واحمد والحاكم والبيهقي=
Dari Ibnu Umar ra, ia berkata, “Rasulullah saw melarang bahwa seseorang duduk dalam shalat bahwa ia bersandar pada tangannya.” =HR. Abu Dawud, Ahmad, Al-Hakim, dan Al-Baihaqi (II/136=
18. Orang yang sakit sujud di atas sesuatu yang agak tinggi.
Orang yang sakit jika mampu sujud di atas lantai, maka ia wajib melakukannya. Jika tidak sanggup maka cukuplah dengan isyarat kepalanya saja. Tidak perlu meletakkan bantal atau sejenisnya pada tempat sujudnya. Hal ini berdasarkan hadits:
عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: عَادَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلا مِنْ أَصْحَابِهِ مَرِيضًا وَأَنَا مَعَهُ فَدَخَلَ عَلَيْهِ وَهُوَ يُصَلِّي عَلَى عُودٍ فَوَضَعَ جَبْهَتَهُ عَلَى الْعُودِ فَأَوْمَأَ إِلَيْهِ فَطَرَحَ الْعُودَ وَأَخَذَ وِسَادَةً فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: دَعْهَا عَنْكَ إِنِ اسْتَطَعْتَ أَنْ تَسْجُدَ عَلَى الأَرْضِ وَإِلاَّ فَأَوْمِئْ إِيمَاءً وَاجْعَلْ سُجُودَكَ أَخْفَضَ مِنْ رُكُوعِكَ  =رواه الطبراني=
Dari Ibnu Umar ra, ia berkata, “Rasulullah saw, pergi menjenguk salah seorang sahabatnya yang sedang sakit, dan aku ikut bersama beliau, lalu beliau menjenguknya saat sahabat tersebut sedang shalat pada sebilah kayu dan meletakkan dahinya pada sebilah kayu itu. Beliau memberi isyarat kepadanya agar membuang sebilah kayu itu. Ketika ia mengambil bantal, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Biarkan bantal itu. Jika engkau sanggup sujud di atas lantai (maka lakukanlah). Jika tidak mampu, maka lakukan dengan isyarat. Caranya, posisi sujudmu lebih rendah dari pada posisi ruku’mu’.” =HR. Thabrani dalam kitab Al_Kabir (XII/270=. Hadits ini dikuatkan oleh hadits dari Jabir yang diriwayatkan oleh Al_Bazzar dan Al_Baihaqi. Syaikh Al_Albani menshahihkan hadits ini di dalam kitab Silsilah Al_Ahadits Ash_Shahihah, hal. 323.
19. Membersihkan krikil dari tempat sujud dan melakukan gerakan yang tidak perlu dalam shalat.
عَنْ مُعَيْقِيبٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تَمْسَحْ وَأَنْتَ تُصَلِّي فَإِنْ كُنْتَ لَا بُدَّ فَاعِلًا فَوَاحِدَةٌ تَسْوِيَةَ الْحَصَى  =رواه ابو داود=
Dari Mu’aiqib ra, bahwa Nabi saw bersabda: “Janganlah mengusap tanah pada saat sedang shalat. Jika kamu harus melakukannya, maka cukup sekali saja untuk meratakan tanah.” =HR. Abu Dawud (I/946= Imam An_Nawawi mengatakan bahwa sanadnya sesuai dengan kriteria Al_Bukhari dan Muslim.
Apabila ada krikil atau tanah yang menempel di kening ketika sujud di tanah, maka makruh dibersihkan. Karena aktifitas ini dapat mengganggu shalat, apalagi jika dilakukan berkali-kali.
عَنِ ابْنِ مَسْعُوْدٍ اَنَّهُ كَانَ يَقُوْلُ اَرْبَعٌ مِنَ الْجَفَاءِ اَنْ يَقُوْلَ الرَّجُلُ قَائِمًا وَصَلَوةُ الرَّجُلِ وَالنَّاسُ يَمُرُّوْنَ بَيْنَ يَدَيْهِ وَلَيْسَ بَيْنَ يَدَيْهِ شَيْئٌ يَسْتَرُهُ وَمَسَحَ الرَّجُلُ التُّرَابَ عَنْ وَجْهِهِ وَهُوَ فِيْ صَلَوتِهِ وَاَنْ يَسْمَعَ الْمُؤَذِّنَ فَلاَ يُجِيْبُهُ  =رواه البيهقي=
Dari Ibnu Mas’ud ra, bahwa ia berkata, “Ada empat macam tabi’at kasar. Bahwa seorang berkata dalam keadaan berdiri, dan shalat seseorang sedang orang-orang melintas didepannya, dan tidak ada sesuatu didepannya yang membatasinya, dan seseorang yang membersihkan tanah yang melekat di wajahnya pada saat sedang melaksanakan shalat, dan ia mendengar seorang mu’adzdzin, lalu ia tidak menjawab”. =HR. Al_Baihaqi (II/285)= Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al_Albani dalam kitab Al_Irwa’ Al_Ghalil  (I/98)]
Tapi apabila tanah yang melekat tersebut dapat mengganggu shalat, maka harus dibersihkan.” Wallahu ‘alam.
20. Menurunkan kedua lutut sebelum kedua tangan ketika sujud.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا سَجَدَ أَحَدُكُمْ فَلاَ يَبْرُكْ كَمَا يَبْرُكُ الْبَعِيرُ وَلْيَضَعْ يَدَيْهِ قَبْلَ رُكْبَتَيْهِ  =رواه ابو داود واحمد والترمذي والنسائي=
Dari Abu Hurairah ra, ia berkata, Rasulullah saw bersabda: Bila sujud salah seorang dari kalian, janganlah ia merebah sebagaimana merebahnya unta, hendaklah ia letakkanlah kedua tangannya sebelum kedua lututnya. =HR. Abu Daud, Ahmad, Tirmidzi dan An Nasa’i= Sanad yang hasan.
Namun dalam hadits lain dinyatakan sebaliknya.
عَنْ وَائِلِ بْنِ حُجْرٍ قَالَ رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا سَجَدَ وَضَعَ رُكْبَتَيْهِ قَبْلَ يَدَيْهِ وَإِذَا نَهَضَ رَفَعَ يَدَيْهِ قَبْلَ رُكْبَتَيْهِ  =رواه ابو داود والترمذي وابن ماجه والدارمي=
Dari Wail bin Hujr, berkata, “Aku melihat Rasulullah saw ketika hendak sujud meletakkan kedua lututnya sebelum kedua tangannya dan apabila bangkit mengangkat dua tangan sebelum kedua lututnya.” =HR. Abu Dawud, Tirmidzi, An-Nasa’i, Ibnu Majah dan Ad-Daarimy=
21. Memberi isyarat ke kiri dan ke kanan dengan membuka kedua tapak tangan pada saat mengucapkan salam.
Isyarat seperti ini banyak dikerjakan oleh orang-orang awam, baik laki-laki maupun perempuan, padahal perbuatan ini terlarang dalam shalat.
عَنْ جَابِرِ بْنِ سَمُرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَا شَأْنُكُمْ تُشِيرُونَ بِأَيْدِيكُمْ كَأَنَّهَا أَذْنَابُ خَيْلٍ شُمْسٍ إِذَا سَلَّمَ أَحَدُكُمْ فَلْيَلْتَفِتْ إِلَى صَاحِبِهِ وَلاَ يُومِئْ بِيَدِهِ – وَفِيْ رِوَايَةٍ : إِنَّمَا يَكْفِي أَحَدَكُمْ أَنْ يَضَعَ يَدَهُ عَلَى فَخِذِهِ، ثُمَّ يُسَلِّمُ عَلَى أَخِيهِ عَنْ يَمِينِهِ وَعَنْ شِمَالِهِ  =رواه مسلم وابو عوانة وابن خزيمة والطبراني=
Dari Jabir bin Samurah ra, berkata bersabda Rasulullah saw: Mengapa kamu menggerakkan tangan kamu seperti gerakan ekor kuda liar. Bila seseorang diantara kamu mengucapkan salam, hendaklah ia berpaling kepada temannya dan tidak perlu menggerakkan tangannya.” [Ketika mereka sholat lagi bersama Rasullullah, mereka tidak melakukannya lagi]. (Pada riwayat lain disebutkan: “Seseorang diantara kamu cukup meletakkan tangannya di atas pahanya, kemudian ia mengucapkan salam dengan berpaling kepada saudaranya yang di sebelah kanan dan saudaranya di sebelah kiri).  =HR. Muslim, Abu ‘Awanah, Ibnu Khuzaimah dan At-Thabrani=
Maksud ekor-ekor kuda di atas adalah kuda yang tidak dapat tenang bahkan selalu memberontak dan menggerakkan ekor dan kakinya (kuda liar). [Lihat Abu Malik Kamal bin As_Sayyid Salim, Shahih Fiqih Sunnah, hal. 559]
22. Mendahului imam dalam gerakan shalat.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَمَا يَخْشَى أَحَدُكُمْ أَوْ لَا يَخْشَى أَحَدُكُمْ إِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ قَبْلَ الْإِمَامِ أَنْ يَجْعَلَ اللَّهُ رَأْسَهُ رَأْسَ حِمَارٍ أَوْ يَجْعَلَ اللَّهُ صُورَتَهُ صُورَةَ حِمَارٍ  =متفق عليه=
Dari Abu Hurairah ra, dari Nabi saw, bersabda: “Tidakkah salah seorang dari kalian takut, ketika mengangkat kepalanya mendahului imam, bila Allah akan merubah kepalanya menjadi kepala keledai atau Allah akan merubah rupanya menjadi keledai.” =HR. Muttafaqun Alaihi=
23. Shalat ketika makanan sudah terhidangkan, atau shalat dengan menahan buang air kecil dan buang air besar.
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ إِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَا صَلَاةَ بِحَضْرَةِ الطَّعَامِ وَلَا هُوَ يُدَافِعُهُ الْأَخْبَثَانِ  =رواه مسلم=
Dari Aisyah ra, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah saw, bersabda: Tidak boleh mengerjakan shalat pada saat makanan telah dihidangkan, dan tidak boleh pula (shalat) pada saat menahan buang air besar dan kecil.” =HR. Muslim=

0 comments:

Post a Comment